blog untuk belajar seo dan blog

Fakta di balik Teori Konspirasi COVID-19

terjawab Fakta di balik teori Konspirasi COVID-19

Penelusuran Fakta

dari judul sebelum nya Teori Konspirasi COVID-19 

1. Kasus Kematian Pengguna Vape di Baltimore AS
Penelusuran Liputan6.com mengarah pada artikel berjudul Five hospitalized for possible vaping-related illness in Maryland yang diunggah situs The Baltimore Sun pada 28 Agustus 2019.
Dalam artikel itu disebutkan, lima orang di Maryland dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu dua bulan karena penyakit paru-paru parah setelah menggunakan rokok elektronik, dari jumlah total hampir 200 orang di seantero Amerika Serikat.
Penyakit tersebut kali pertama dilaporkan pada akhir Juni 2019.

Apa penyebabnya?
Pada 11 Oktober 2019, situs ilmiah nature.com mengunggah artikel berjudul Scientists chase cause of mysterious vaping illness as death toll rises.
Dalam artikel disebutkan, pada saat itu, penyakit paru-paru parah menyebabkan 1.300 pengguna vape di Amerika Serikat sakit, 26 di antaranya meninggal dunia, termasuk yang masih muda.
Berdasarkan makalah yang dipublikasikan ahli patologi paru di Mayo Clinic, Brandon Larsen dan para koleganya di Journal of Medicine pada 2 Oktober 2019 menemukan, beberapa pasien mengirup kartrid berisi tetrahydrocannabinol (THC), bahan aktif dalam ganja, yang diencerkan dengan minyak kimiawi. 
Namun, Larsen dan koleganya tidak menemukan tetesan lipid yang substansial dalam sampel yang mereka ambil dari 17 pasien.
Apakah ada kaitan antara kasus kematian para pengguna vape dengan COVID-19?
Sejauh ini belum ada bukti kaitan antara penyakit berkaitan dengan vape tersebut dengan COVID-19 yang kini sedang mewabah.

2. Penutupan Laboratorium Fort Detrick dan Flu Amerika
Mengapa laboratorium Fort Detrick ditutup? Dalam artikel berjudul Deadly Germ Research Is Shut Down at Army Lab Over Safety Concerns yang dimuat The New York Times pada 5 Agustus 2019 menyebut, pusat penelitian kuman terkemuka yang dikelola militer Amerika Serikat ditutup akibat masalah keamanan.
Dalam artikel disebutkan, Army Medical Research Institute of Infectious Diseases di Fort Detrick meneliti kuman mematikan, termasuk Ebola.
Pernyataan Badan Pengendali dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut bahwa alasan utama penutupan adalah pusat penelitian itu dianggap tidak memiliki sistem yang memadai untuk mendekontaminasi limbah dari laboratorium dengan keamanan tertinggi tersebut.
Namun, juru bicara fasilitas di Fort Detrick menyebut, tidak ada ancaman kesehatan bagi masyarakat, tak ada karyawan yang cedera, dan tak ada kebocoran bahan berbahaya di luar laboratorium.
Seperti dimuat dalam artikel CDC Lifts Shutdown Order on Army Biolabs at Fort Detrick yang dimuat situs www.military.com pada 1 April 2020, CDC memulihkan fasilitas laboratorium tersebut untuk melawan pandemi COVID-19.
Sementara, dalam artikel berjudul US urged to explain military lab shutdown yang dimuat www.globaltimes.cn dilaporkan warganet dan ahli meminta pemerintah AS untuk merilis informasi tentang penutupan laboratorium di Fort Detrick terkait konspirasi soal asal-usul virus pemicu COVID-19.
Apa kaitan Fort Detrick dengan COVID-19? Belum ada bukti yang mendukung klaim itu. 

3. 'Flu Amerika'
Dalam artikel tersebut diungkap, menurut estimasi awal CDC, setidaknya ada 1.300 orang meninggal saat itu. Setidaknya ada 2,6 juta kasus flu dan 23.000 pasien yang dirawat di rumah sakit terkait flu musiman.
Flu musiman dan COVID-19 sama-sama menyebabkan penyakit pernapasan, demam, dan batuk. Flu musiman, seperti dikutip dari CNN, kebanyakan disebabkan virus influenza B/Victoria. 
Seperti dikutip dari situs cdc.gov, CDC mengestimasi ada 39 juta hingga 56 juta kasus flu musiman, 18 juta hingga 26 juta kunjungan ke RS, 410 ribu hingga 740 ribu kasus rawat inap akibat flu, dan 24 ribu - 62 ribu kematian.




Menurut CDC, di Amerika Serikat, musim flu terjadi pada musim gugur dan musim dingin. Sementara virus influenza beredar sepanjang tahun, sebagian besar waktu aktivitas flu memuncak antara Desember dan Februari, tetapi aktivitas dapat berlangsung hingga akhir Mei.
Kaitan flu musiman dengan COVID-19?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pernah memicu polemik gara menyamakan flu dengan COVID-19.
Dalam artikel berjudul Here’s Why Trump Is Wrong To Compare The Coronavirus To The Flu And Auto Accidents yang diunggah huffpost.com disebutkan menurut ahli, COVID-19 bukan flu biasa.
Beda kelas. Tingkat kematian yang disebabkannya lebih tinggi dari flu. Dan lebih menular. Apalagi, hingga saat ini tidak ada obat atau vaksin untuk COVID-19.
Tingkat kematian akibat flu di AS sekitar 0,1 persen.

Patient Zero hingga Bill Gates


4. Patient Zero Covid 19 dari AS?
Situs berita China Global Times mempublikasikan klaim yang menyebut anggota militer AS sekaligus pebalap sepeda adalah 'patient zero' COVID-19.
Pesepeda itu bernama Maatje Benassi, yang berpartisipasi dalam World Military Games di Wuhan pada Oktober 2019.



Artikel berjudul China claims US cyclist was COVID-19 patient zero, virus manufactured in US military lab yang dimuat www.ibtimes.sg mengungkapkan, dugaan asal virus dari AS diungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian di Twitternya. 


Hingga hari ini belum ada bukti kuat  yang mendukung klaim bahwa pesepeda dari AS adalah 'patient zero' COVID-19. 
Mengapa mengetahui pasien pertama penyakit yang mewabah itu sangat penting? Simak selengkapnya di artikel ini: Siapa Patient Zero, Kunci Menguak Misteri Corona COVID-19?

5. Simulasi berkode nCov-2019? 
Dalam klaim disebutkan simulasi itu didukung John Hopkins Center for Health Security, Bill and Melinda Gates Foundation, Big Pharma (GAVI) dan World Economic Forum (WEF). 
Klaim soal simulasi tersebut pernah dibantah dalam artikel berjudul Cek Fakta: Ilmuwan Memprediksi Virus Corona 2019-nCoV Bisa Membunuh 65 Juta Manusia? yang dimuat Liputan6.com. 
Dalam artikel tersebut diungkap, simulasi itu dilakukan ilmuwan dilakukan dalam ajang Event 201, yang digelar Johns Hopkins Center for Health Security bekerja sama dengan World Economic Forum dan Bill and Melinda Gates Foundation.
Ajang tersebut digelar pada 18 Oktober 2019 di New York. "Simulasi mengilustrasikan area di mana kerja sama publik dan sektor privat dibutuhkan dalam merespon pandemi yang parah untuk mengurangi dampak ekonomi dan sosial yang diakibatkannya," demikian penjelasan terkait Event 201 dalam situs resminya.



Pihak Johns Hopkins Center for Health Security mengungkapkan, skenario dalam simulasi menggunakan model fiksi pandemi virus corona. "Kami secara eksplisit menyatakan bahwa itu bukanlah prediksi," demikian kutipan pernyataan terebut.
Simulasi tersebut tantangan kesiapsiagaan dan respons yang kemungkinan akan muncul di tengah pandemi yang sangat parah.
"Kami tidak memprediksi bahwa wabah nCoV-2019 akan membunuh 65 juta orang. "Meskipun dalam simulasi kami menggunakan virus corona tiruan, input yang kami gunakan dalam permodelan dampak potensial dari virus fiksi itu tidak mirip dengan nCoV-2019."
Tidak benar simulasi itu berkode nCoV-2019.

6. Kriteria Pandemi Global: Angka Kematian di Atas 12 Persen?

Dalam artikel berjudul Coronavirus is officially a pandemic. Here's why that matters. yang dimuat situs sains LiveScience dijelaskan, pandemi, menurut definisi klasiknya, adalah epidemi yang melintasi batas internasional dan memengaruhi sejumlah besar orang di dunia.
"Ini soal geografi," kata Lauren Sauer assistant professor kedokteran darurat dan direktur operasi Johns Hopkins Office of Critical Event Preparedness and Response. "Bukan perkara tingkat keparahan, bukan tentang jumlah kasus tinggi versus rendah."
Hal itu senada dengan buletin berjudul The classical definition of a pandemic is not elusive yang dimuat situs WHO.
Tak ada kriteria 12 persen tingkat kematian yang disebut di sana.

7. COVID-19 Terkait Ras?
Klaim dalam akun Facebook Hardi Mulyadi menyebut, pasien di China dan sekitarnya, juga di belahan dunia lainnya, 99,9% merupakan genom Mongoloid.
Apakah COVID-19 terkait dengan ras? Jawabannya, tidak. 
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dalam unggahan berjudul Stop the Spread of Rumors membantah kaitan ras dengan COVID-19.
"Penyakit bisa membuat seseorang sakit, tak peduli apa ras dan etnisitasnya."


Interferon Alpha 2B hingga Uang Digital


8. Pasien COVID-19 di China Pulih karena Interferon Alpha 2B?
Seperti dikutip dalam artikel berjudul CUBA USES 'WONDER DRUG' TO FIGHT CORONAVIRUS AROUND WORLD DESPITE U.S. SANCTIONS yang dimuat www.newsweek.com pada 24 Maret 2020, Interferon Alpha-2B Recombinant (IFNrec) dikembangkan bersama oleh para ilmuwan dari Kuba dan China.
Helen Yaffe, penulis We Are Cuba! menyebut, ada 15 negara yang mengontak Kuba untuk mendapatkan obat tersebut. "Interferon Alpha-2B Recombinant belum mendapat persetujuan digunakan untuk mengobati COVID-19, tetapi telah terbukti efektif terhadap virus yang serupa dengannya," kata dia.
Interferon Alpha-2B Recombinant dan 30 obat lainnya masuk daftar Komisi Kesehatan Nasional China, yang dipakai untuk mengatasi COVID-19.
Namun, tidak ada bukti kesembuhan para pasien di Tiongkok karena mengonsumsi obat itu. 

9. Peneliti Jepang Sebut Virus Corona dari Amerika?
Dalam klaim disebutkan menurut para peneliti Jepang yang dipublikasi oleh televisi Asahi, virus corona awalnya berasal dari AS, bukan dari China.
Hasil penelusuran mengarah pada artikel berjudul Japanese TV report sparks speculations in China that COVID-19 may have originated in US yang dimuat situs en.people.cn.
Dalam artikel itu disebutkan, laporan dari stasiun televisi Jepang yang mencurigai 14.000 warga AS yang meninggal akibat influenza mungkin telah kontak dengan virus corona. Kabar itu viral di media sosial China dan memicu spekulasi bahwa pemicu COVID-19 itu berasal dari Amerika.
"Laporan, oleh TV Asahi Corporation of Japan, mengarahkan bahwa pemerintah AS mungkin gagal memahami betapa menyebarnya virus itu di tanah AS," demikian cuplikan artikel tersebut.
Dugaan yang kemudian memicu spekulasi di China berasal dari laporan TV Jepang, bukan kesimpulan para peneliti.

10. Asal-usul COVID-19 menurut Kristian Andersen
Nama Kristian Andersen, seorang ahli biologi evolusi dari Scripps Research Institute, disebut dalam klaim terkait asal-usul virus corona. 
Hasil penelitian Kristian Andersen bisa dilihat dalam artikel berjudul, Ilmuwan: Virus Corona COVID-19 Berasal dari Alam, Bukan Buatan Manusia yang dimuat Liputan6.com.
Dalam artikel itu disebut, hasil analisis data publik terkait sekuens atau urutan genom (genome sequence) dari SARS-CoV-2 (pemicu COVID-19) dan virus terkait tidak ditemukan bukti bahwa virus tersebut diciptakan di laboratorium.
"Dengan membandingkan data sekuens genom yang tersedia untuk strain coronavirus yang telah diketahui, kami meyakini bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses yang alami," kata Kristian Andersen PhD, associate professor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research, yang menjadi salah satu penulis laporan studi tersebut.

11. ID2020 Terkait Plot Vaksinasi COVID-19? 
Klaim yang diunggah mengaitkan ID2020 dengan plot vaksinasi COVID-19. Aliansi ID2020 disebut menggelar KTT bertema Rising to the Good ID Challenge yang disponsori World Economic Forum.
Apa itu ID2020?
Penelusuran dengan kata kunci ID2020 mengarah ke situs id2020.org.
Dalam keterangan di situs itu disebut, ID2020 mengkoordinasikan pendanaan untuk identitas digital dalam rangkamenyalurkan dana tersebut ke proyek-proyek berdampak luas, memungkinkan beragam pemangku kepentingan seperti badan-badan PBB, LSM, pemerintah, dan perusahaan, mencapai pendekatan yang terkoordinasi yang menciptakan jalur untuk implementasi yang efisien dan bertanggung jawab pada skala besar.
Lantas apa kaitannya dengan vaksinasi dan COVID-19?
Penelusuran lebih lanjut mengarah ke artikel berjudul, How a tech NGO got sucked into a COVID-19 conspiracy theory yang dimuat situs www.thenewhumanitarian.org.
Dakota Gruener, CEO ID2020 yang bermarkas di New York mengatakan, gara-gara isu yang beredar, lembaganya yang mengadvokasi ID atau identitas digital untuk miliaran orang tidak berdokumen di seluruh dunia dan kelompok yang kurang terlayani seperti pengungsi, menjadi subjek ribuan postingan bernada bermusuhan. Mereka pun sampai merasa perlu menghubungi FBI.
Bagaimana duduk perkaranya?
Pada 23 Oktober 2019, Alex Jones dari situs teori konspirasi InfoWars menyebut proyek percontohan terkait ID2020 berupaya menanam chip atau kepingan ke para tuna wisma di Texas.
Monolog Jones merujuk pada siaran pers yang dikeluarkan September, di mana ID2020 mengumumkan kerja samanya dengan aliansi vaksin Gavi terkait catatan imunisasi di Bangladesh. Proyek di Texas juga disebutkan di sana. 
Di Bangladesh, pemerintah mengumumkan akan membuat database imunisasi anak-anak yang terkait dengan informasi biometrik orangtua mereka, kemungkinan besar sidik jari digital.
Menurut Gruener, rumor yang bermula dari Alex Jones sebenarnya sudah mereda pada Oktober lalu, namun belakangan kembali menyeruak, lebih kuat, di tengah banjir hoaks terkait COVID-19.

12. Kaitan COVID-19 dan Uang Digital?
Kaitan COVID dan uang digital juga disebut dalam klaim. Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom dilaporkan menyebut soal potensi uang menjadi medium penyebaran virus pemicu COVID-19 disoal. Itu dikaitkan dengan plot mengganti uang konvensional dengan uang digital. 
Kabar bahwa WHO menyebut uang tunai yang kotor bisa menyebarkan virus corona pemicu COVID-19 dimuat dalam artikel berjudul Dirty banknotes may be spreading the coronavirus, WHO suggests yang dimuat The Telegraph pada 2 Maret 2020.
"Uang kertas mungkin menyebarkan virus corona baru sehingga orang disarankan mencoba menggunakan pembayaran tanpa kontak, kata WHO," demikian seperti dikutip dalam artikel itu.
Belakangan, kabar itu diluruskan WHO. 
Dalam artikel berjudul World Health Organization: ‘We did NOT say that cash was transmitting coronavirus’ yang dimuat www.marketwatch.com disebutkan bahwa juru bicara WHO mengatakan, pernyataan pihaknya disalahartikan.
"Kami tidak mengatakan uang tunai mentransmisikan virus corona," kata juru bicara WHO Fadela Chaib kepada MarketWatch.
Ia menambahkan, saat ditanya apakah uang kertas dapat menularkan COVID-19, WHO tidak membenarkannya.
"Kami mengatakan, Anda harus mencuci tangan setelah memegang uang, terutama jika memegang makanan atau sebelum makan," kata dia.
Penggunaan pembayaran digital memang marak di tengah wabah COVID-19, salah satunya disarankan Monetary Authority of Singapore. Alasannya untuk mendukung penerapan jarak yang aman (safe distancing measures). Namun, mengaitkan pernyataan WHO -- yang belakangan diluruskan -- dengan plot mengganti mata uang konvensional dengan uang digital sama sekali tak berdasar. 



Sumber: https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4228406/cek-fakta-teori-konspirasi-covid-19-dari-fort-detrick-hingga-uang-digital-faktanya

COMMENTS

blog untuk belajar seo dan blog
blog untuk belajar seo dan blog
blog untuk belajar seo dan blog

Nama

Analisa SAHAM,42,Comic,19,Edukasi,8,Event,3,Info Sekuritas,10,Investasi,10,Market Info,18,Pendaftaran,5,Promo,6,Testimoni,1,Viral,3,
ltr
item
APD Investama: Fakta di balik Teori Konspirasi COVID-19
Fakta di balik Teori Konspirasi COVID-19
terjawab Fakta di balik teori Konspirasi COVID-19
https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/3-nMmGFRiZ7mLnzBFfASbCDnpXw=/673x379/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3103306/original/071609500_1586967079-Cek_Fakta_2.jpg
APD Investama
https://blogsaham.apdgroup.co.id/2020/04/fakta-di-balik-teori-konspirasi-covid-19.html
https://blogsaham.apdgroup.co.id/
https://blogsaham.apdgroup.co.id/
https://blogsaham.apdgroup.co.id/2020/04/fakta-di-balik-teori-konspirasi-covid-19.html
true
4068901615581222663
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy